header ads

Analisis SWOT dalam Menghafalkan Al-Qur'an



BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam yang mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan memuat ajaran yang menuntun umat manusia kepada kebahagiaan dan kesejahteraan, dapat diketahui dasar-dasar dan perundangundangannya melalui Al-Qur’an.[1] Al-Qur’an diperuntukkan bagi umat Islam yang terpilih oleh Allah sebagai umat terbaik diantara umat-umat lainnya. AlQur’an berfungsi sebagai penjelas perkara dunia dan agama, serta berisi tentang peraturan-peraturan umat dan way of life yang kekal hingga akhir zaman.[2] Dalam firman-Nya surat Al-Isra‟ ayat 9:
                                                                                                                                                إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا  ٩  
Artinya:“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan member khabar gembira kepada orang-orang  mu‟min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS.Al-Isra’ 17:9)[3]

Ayat di atas menegaskan tentang fungsi Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia. Dalam hadis riwayat Ad-Darimi juga disebutkan, dari Abdullah bin Mas‟ud r.a Rasulullah SAW bersabda:
Artinya:“Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah tali Allah, cahaya, penyembuh yang sangat mustajab, pelindung bagi orang yang berpegang padanya, penyelamat bagi orang yang mengikutinya, tidak membelokkan melainkan meluruskannya. Keajaiban-keajaibannya yang tidak pernah habis, dan tidak pernah membosankan meski dibaca berulang-ulang. Untuk itu, bacalah ia, karena sesungguhnya Allah akan memberikan pahala atas bacaan tersebut, yang setiap hurufnya berpahala sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan “Alif Lām Mim” (sebagai satu huruf), tetapi alif adalah satu huruf, lām adalah satu huruf,dan mim juga satu huruf.”(HR. Ad-Darimi).[4]

Hadis di atas berisi penjelasan untuk meraih keutamaan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia. Oleh karena itu, Al-Qur’an harus dijadikan referensi dalam melakukan amal dalam kehidupan seorang muslim. Umat Islam mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan eksistensi Al-Qu’an, sebagai konsistensi logisnya umat Islam harus mempelajari, meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur‟an.
Menghafalkan Al-Qur‟an menjadi sangat penting karena banyak keutamaan yang telah Allah SWT janjikan bagi para pelestari kitab-Nya yaitu berupa pahala, dinaikkan derajatnya, dan diberi kemenangan di dunia dan di akhirat. Berikut beberapa hadits Rasulullah SAW tentang keutamaan menghafal Al-Qur‟an:
1.      Al-Qur’an menjanjikan kebaikan, berkah dan kenikmatan bagi penghafalnya. 
Dari Utsman Ibn Affan ra, dia berkata:” Rasulullah SAW bersabda”Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori).[5]
2.      Penghafal Al-Qur‟an akan selalu bersama dengan  para malaikat yang mulia dan taat.  
“Dari „Aisyah ra, dia berkata:”Rasulullah SAW bersabda:”Orang yang membaca Al-Qur‟an dan dia mahir dalam membacanya dia bersama para malaikat yang mulia lagi sangat taat. Sedangkan yang membaca Al-Qur‟an dengan tertatih-tatih dan bacaan itu terasa sulit baginya maka dia mendapat dua pahala.”(HR. Bukhori-Muslim)[6]

       3.     Pada hari kiamat, Al-Qur‟an akan memberikan syafaat kepada para pembaca dan penghafalnya.

      “Dari Abu Umamah ra, dia berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Bacalah    Al-Qur’an itu karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa‟at bagi para pembacanya.” (HR. Muslim)[7]

       Berdasarkan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa kewajiban umat Islam adalah menaruh               perhatian terhadap Al-Qur’an. Salah satu caranya dengan menghafalkannya.
Ustaż Yusuf Mansur dalam pengantar buku One Day One Ayat  mengatakan “Alangkah indahnya jika kita bukan hanya bisa membaca Al-Qur’an dan menyempatkan membacanya. Akan tetapi, juga menghafalkan Al-Qur’an. Hingga jika meninggal dunia, dengan membawa hafalan Al-Qur’an. Alangkah indahnya jika kita meninggal dunia, kita meninggalkan anak keturunan yang menghafalkan Al-Qur’an”.
Bercermin kepada para ilmuwan Muslim di zaman keemasan Islam, seperti Imam Syafi’i, Ibnu Sina, dan seterusnya mereka adalah ilmuwan Muslim yang berpijak di atas pondasi tahfīż yang kuat. Imam Syafii, seorang pendiri mazhab Syafiiyyah yang cukup berpengaruh di Indonesia, telah hafal Al-Qur‟an sejak usia tujuh tahun. Begitu juga dengan Ibnu Sina, seorang pakar kedokteran, sudah hafal Al-Qur‟an sejak usia sembilan tahun.[8]
Menurut Abduldaem Al-Kaheel dalam buku “Berbagi Pengalaman menjadi Hafizh Al-Qur‟an” menghafal Al-Qur‟an adalah proyek dunia akhirat.[9] Sedangkan kita tidak mengetahui berapa sisa umur kita yang tertinggal. Oleh karena itu, kita terlebih dahulu harus meyakini fakta ilahiyah yang menyatakan bahwa Allah SWT akan memudahkan penghafalan Al-Qur‟an bagi siapapun yang memiliki niat tulus untuk menghafalkannya. Sebagaimana firman Allah Ta‟ala:

فَدَعَا رَبَّهُۥٓ أَنِّي مَغۡلُوبٞ فَٱنتَصِرۡ  ١٠

Dan sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur‟an untuk diingat, apakah ada yang mau mengingatnya?” (QS. Al-Qamar: 17)[10]

Ayat di atas sangat jelas menegaskan bahwa Al-Qur’an itu mudah diingat bagi orang yang mau mengingatnya. Allah SWT akan memberikan kepadanya suatu kondisi yang cocok untuk menghafal Al-Qur‟an ketika ia bertekad untuk menghafal Al-Qur‟an, dan mengarahkan hatinya dengan bersih kepada Allah serta benar-benar memohon bantuan-Nya.[11]
Setiap orang pasti mempunyai kemampuan menghafal dan motivasi yang berbeda-beda. Akan tetapi, yang diinginkan oleh orang yang menghafal Al-Qur’an adalah  cepat dan bertahan lama atau tidak mudah lupa. Murāja‟ah harus dipahami sebagai satu paket yang tidak terpisahkan dari kegiatan menghafal. Artinya siapa saja yang siap menghafal maka harus siap murāja‟ah.[12]
Menurut : Aidh al-Qarni yang dikutip Dwi Budiyanto dalam buku “Prophertic Learning Menjadi Cerdas Dengan Jalan Kenabian”, salah satu cara terbaik untuk menajamkan dan mengontrol pikiran adalah dengan melakukan pekerjaan yang menyenangkan dan bermanfaat. Karena orangorang yang menganggur adalah orang-orang yang suka mengkhayal dan menyebarkan berita yang tidak jelas.[13]
Oleh karena itu, jangan biarkan ayat-ayat yang sudah dihafal kemudian lupa dengan kesengajaan. Selain itu, jangan biarkan kitab Al-Qur’an dicampur dengan buku-buku komik dalam rak yang kumuh karena hal ini yang akan menghindarkan keberkahan dalam keseharianya. Sehingga memelihara Al-Qur‟an menjadi hal yang sangat penting, sebagaimana memelihara iman dan ketaqwaan.14 Dari pernyataan ini dapat disimpulkan betapa pentingnya memelihara Al-Qur‟an, karena Al-Qur‟an sangat bermanfaat dalam kehidupan seseorang. Salah satu cara pemeliharaan Al-Qur’an yaitu bisa dengan menghafalkannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1.         Bagaimana pelaksanaan metode ODOA (One Day One Ayat) dalam menghafal Al-Qur‟an bagi siswa siswi SD Islam Plus Al-Madinah?
2.         Sejauhmana efektivitas metode ODOA (One Day One Ayat) dalam menghafal Qur‟an bagi siswa siswi SD Islam Plus Al-Madinah?
3.         Apa saja faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan metode ODOA (One Day One Ayat) dalam menghafal Al-Qur‟an bagi siswa siswi SD Islam Plus Al-Madinah?
 

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.      Untuk mengetahui pelaksanaan metode ODOA (One Day One Ayat) dalam menghafal Al-Qur‟an bagi siswa siswi SD Islam Plus Al-Madinah.
2.      Untuk mengetahui efektivitas metode ODOA (One Day One Ayat) dalam menghafal Al-Qur‟an bagi siswa siswi SD Islam Plus Al-Madinah.
3.      Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan metode ODOA (One Day One Ayat) dalam menghafal Al-Qur‟an bagi siswa siswi SD Islam Plus Al-Madinah.
  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Analisis SWOT

SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman). Analisis SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis pendidikan, namun ia tetap merupakan alat yang efektif dalam menempatkan potensi institusi.[14]
Analisis SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada suatu lembaga sehingga mampu memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang. SWOT dapat dibagi ke dalam dua elemen-analisis internal yang berkonsentrasi pada prestasi institusi itu sendiri, dan analisis lingkungan.
Analisis lingkungan terdiri dari dua unsur yaitu analisis lingkungan eksternal dan analisis lingkungan internal (analisis organisasi) yaitu potensi internal sekolah. Analisis lingkungan eksternal meliputi identifikasi dan evaluasi aspek-aspek sosial, budaya, politis, ekonomis, dan teknologi, serta kecenderungan yang mungkin berpengaruh pada organisasi. Kecederungan ini biasanya merupakan sejumlah faktor yang sukar diramalkan (unpredictable) atau memiliki derajat ketidak pastian (degree of uncertainty) tinggi, hasil dari analisis lingkungan eksternal adalah sejumlah peluang (opportunities) yang harus dimanfaatkan oleh organisasi dan ancaman (threats) yang harus dicegah atas segala kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki organisasi. Suatu organisasi harus mengambil manfaat dari kekuatannya secara optimal dan berusaha untuk mengatasi kelemahannya agar terhindar dari kerugian baik waktu maupun anggaran.
Analisis SWOT dalam penyelenggaraan sekolah dapat membantu pengalokasian sumber daya yaitu anggaran, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, fasilitas sekolah, potensi lingkungan, dan sebagainya yang lebih efektif. Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan membuat matrik SWOT. Matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam penyelenggaraan program sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah dapat dilakukan strategi SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang), strategi WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang), strategi ST (menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman), strategi WT (mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).
Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan membuat matrik SWOT, matrik ini terdiri dari: 
a.       Strengths (Kekuatan)
Adalah kemampuan internal sebuah organisasi yang memajukan tujuan organisasi dalam sebuah industri yang bersaing (Strengths are internal competencies possessed by the organization in comparison with its competitors);
b.      Weaknesses (Kelemahan)
         Kebalikannya;     mereka     membatasi     penyelesian tujuan-tujuan organisasi (Weaknesses are attributes of the organization which tend to decrease its competence in comparison with its competitiors);
c.       Opportunity (Peluang)
Keadaan, kejadian atau situasi eksternal yang menawarkan perubahan organisasi untuk mencapai atau melampaui tujuannya (An opportunity, on te other hand, is a combinatios of circumstances, time, and place which, if accompanied by a certain course of action on the part of the organization, is likely to produce significant benefits); dan
d.      Threat (Hambatan)
Adalah lawan dari peluang. Hambatan adalah kekuatan, faktor-faktor atau situasi eksternal yang mungkin secara potensial menciptakan masalah, kerusakan organisasi, atau membahayakan kemampuan untuk mencapai tujuannya ( A threat is reasonably probable event which, if it were to occur, would produce significant damage to the organization)[15]

B.     Tinjauan Metode dan Pendekatan ODOA (One Day One Ayat)

Sekolah Daarul Qur‟an Internasional pada tahun 2008. Secara bahasa, One Day berarti satu hari. Sedangkan One Ayat berarti satu ayat. Sehingga secara istilah dapat dikatakan bahwa One Day One Ayat adalah suatu teknik menghafal Al-Qur‟an dengan cara satu hari satu ayat.[16]
Dipilihnya metode One Day One Ayat karena setiap lembaga pendidikan yang menjadikan program Tafīż sebagai salah satu program unggulan di lembaga tersebut akan mencari dan menentukan sendiri baik metodologi  maupun target-target yang ditetapkan kepada para siswa. oleh karena itu, pencapaian dari masing-masing lembaga pendidikan untuk program hafalan Al-Qur‟an tidak merata dan sangat beragam tergantung interprestasi masing-masing guru. 
Ketika orang mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai memori yang baik, sebenarnya mereka berbicara tentang daya ingat. Mereka mempunyai kesulitan mengingat informasi yang sudah tersimpan dalam memori mereka. Memori manusia menyimpan apa pun dan hanya mengingat apa yang diperlukan serta mempunyai arti dalam hidup.[17]
Metode ODOA (One Day One Ayat) adalah sebuah terobosan baru dalam menghafal Al-Qur‟an dengan menggabungkan kekuatan otak kiri dan kanan secara seimbang sehingga dapat merasakan kemampuan menghafal Al-Qur‟an yang maha dahsyat.[18] Metode ini dikembangkan berdasarkan multiple intelligences (kecerdasan majemuk) pada diri manusia, antara lain cerdas visual (cerdas rupa), cerdas auditori (cerdas pendengaran), kecerdasan verbal-linguistik (kecerdasan bahasa), kecerdasan kinestetik (cerdas memahami tubuh), cerdas interpersonal (cerdas sosial) dan cerdas logis-matematis.32
Sedangkan prosedur pelaksanaan metode ODOA (One day One Ayat) dengan menggunakan salah satu model sebagai berikut:

a.       Talaqqī  atau Musyāfaah
Talaqqī atau Musyāfaah merupakan metode pertama yang digunakan Rasul dalam mengajarkan Al-Qur‟an kepada sahabat. Rasul menerima Al-Qur‟an dari malaikat Jibril dengan cara mendengar bacaan Jibril, sebagaimana Jibril menerima pertama kali dari Allah SWT. Jibril mendengar ayat-ayat dari Allah SWT kemudian menyampaikannya kepada Rasul SAW.
Sistem Talaqqī atau Musyāfaah mempunyai 2 bentuk:
1)         Audio
Seseorang yang memiliki kecerdasan auditori (cerdas pendengaran) dalam menghafal sebaiknya menghafal dengan cara mendengar. Siswa mendengar ayat-ayat yang akan dihafal dari bacaan guru. Ini dapat dilakukan terutama bagi anak-anak di sekolah dasar.
Dalam hal seperti ini, guru dituntut berperan aktif, sabar dan teliti dalam membacakan dan membimbing siswa, karena guru akan membacakan perkata ayat-ayat yang akan dihafal. 
2)         Murattal 
Pengaruh media sangat membantu anak-anak dalam menghafal Al-Qur‟an. Anak akan dapat mudah menghafal dengan sering mendengarkan dan melatih lisan untuk mengucapkan huruf-huruf Al-Qur‟an sehingga lisan terbiasa dan lentur karena sudah akrab di telinga mereka.
Di era sekarang, peran guru dapat digantikan dengan cara mendengar murattal yang telah direkam dalam kaset, CD/DVD murattal, kemudian kaset diputar  sesuai dengan ayat yang akan dihafal untuk didengarkan sambil mengikuti perlahan-lahan, setelah itu diulang lagi dan diulang lagi sampai ayat-ayat tersebut betul-betul hafal diluar kepala. [19]

b.      Potret
Potret adalah suatu metode dengan mengubah teks panjang menjadi symbol, gambar, dan tulisan ringkas. Persis memfotokopi apa yang dilihat dan dibaca, baik yang menyangkut tulisan (kha „umānī), maupun tata letaknya.
Caranya adalah dengan pemetaan awal ayat (ra‟sul āyah) pada tiap-tiap halaman, kiri ataukah kanan, letak nomor ayatnya, dan apa saja yang termaktub pada setiap halaman muṣḥaf. Sama seperti memotret sesuatu, menghafal Al-Qur‟an dengan memotret letak ayat perayat mulai dari pojok atas hingga pojok bawah. Berikut tanda waqaf, letak kalimat terakhir tiap baris.
Metode ini dilakukan dengan menggunakan Al-Qur‟an pojok yaitu Al-Qur‟an yang pojok terakhir tepat di ayat terakhir dan tidak bersambung. Persatu juz berjumlah 10 halaman. Oleh sebab itu, disarankan untuk hanya menggunakan satu model Al-Qur‟an secara tetap agar tidak beruabah-ubah strukturnya di dalam peta mental.[20]

c.       Titian Ingatan
Titian ingatan atau “jembatan keledai” adalah metode mengelola ingatan dengan menggunakan akronim yang memudahkan panggilan kembali data atau informasi yang telah tersimpan sebelumnya. Titian ingatan dapat berupa lambang atau huruf yang mempresentasikan sebuah kata atau kalimat dalam bentuk asosiasi.
Metode ini sangat baik untuk meningkatkan ingatan terutama pada hal-hal yang penting diingat berdasarkan urutan. Metode ini juga dapat diterapkan untuk memudahkan mengingat ayat-ayat yang sama terutama yang berkali-kali disebut dalam satu surah atau letaknya berdekatan.
Dengan titian ingatan membantu para penghafal untuk mengingat urutan-urutan tanpa tertukar-tukar dengan materi yang sama atau serupa tapi tak sama. Model-model seperti ini dapat dibuat sendiri tergantung mana yang mudah memberi pengingatan pada masing-masing individu.35

d.      Sistem Cantol
Sistem Cantol adalah salah satu metode yang digunakan untuk menunjukkan daya hafal dan daya ingat yang luar biasa. Cara menggunakan sistem cantol adalah dengan membuat cantolan, mengasosiasikan dengan materi yang dihafal, mengimajinasikan secara kreatif, dan mengulanginya bila diperlukan.[21]

e.       Gerakan 
Menghafal sambil melakukan suatu gerakan sangat membantu mengaktifkan memori. Otak kita memiliki satu pusat kecerdasan yang disebut bodily-kinesthetyc-intellegence- kecerdasan gerak. Dengan melakukan gerakan tertentu akan memicu pusat kecerdasan ini aktif.
Kita telah menerapkan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu ketika mengerjakan sholat. Ketika seseorang shalat ia akan membaca ayat-ayat Al-Qur‟an seperti Al-Fatihah dan surah/ayat tertentu dengan tepat tanpa kesalahan sedikitpun.37

f.        Kisah
Kisah merupakan sarana kreativitas dalam menggunakan bahasa dan mengubah daya imajinasi untuk mengoptimalkan penggunaan otak kanan dalam proses mengingat, misalnya dengan cerita pendek.
Sebagaimana diketahui bahwa di dalam Al-Qur‟an terdapat banyak kisah-kisah yang diuraikan secara panjang lebar, misalnya kisah Luqman, kisah orang-orang yang memegang teguh imannya, kisah ashabul kahfi, kisah para nabi dengan kaumnya dan lain sebagainya. Menghafal ayat-ayat dalam bentuk seperti ini sebaiknya terlebih dahulu membaca dan memahami jalan ceritanya sehingga mudah dihafalkan dan dicamkan ke dalam jiwa.[22]

C.    Pengertian Menghafal Al-Qur’an

Menghafal adalah aktivitas mencamkan dengan sengaja dan dikehendaki dengan sadar dan sungguh-sungguh.[23] Menghafal Al-Qur‟an pada hakikatnya adalah suatu upaya untuk menambah kedekatan dengan Al-Qur‟an karena antara tilawah dengan menghafal adalah dua hal yang berbeda. Dengan menghafal, jiwa dan otak kita akan terus menyerap lantunan ayat-ayat Al-Qur‟an yang diulang-ulang begitu banyak oleh lidah kita.[24]

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

  Program Tahfizh Qur’an di sekolah-sekolah selama ini belum banyak dilakukan. Padahal jika dikaji lebih mendalam, program tersebut memiliki manfaat yang besar, baik kepada sekolah, siswa maupun bagi masyarakat. 
1.      Bagi sekolah 
Sebagai penyelenggara pendidikan, sekolah seyogyanya mengarahkan aktivitas dan perilaku anak pada hal-hal yang bersifat positif, misalnya melaksanakan program Tahfizh Qur’an, BTA (Baca Tulis Al- Qur’an) dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi aktivitas dan kegiatan anak yang cenderung dihabiskan untuk bermain dan terbuang secara percuma. Oleh karena itu, kegiatan positif tersebut harus selalu ditingkatkan dengan melibatkan semua guru, dan tidak sekedar bagi guru yang bersangkutan.
2.      Bagi siswa
Siswa merupakan objek pendidikan yang senantiasa harus mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari guru di sekolah dan orang tua di rumah. Oleh karena itu, siswa harus dilibatkan dalam segala hal bersifat positif. Siswa tidak sekedar diberikan materi yang bersifat pengetahuan (kognitif), namun juga diberikan pencerdasan spiritual dengan memberikan dan menginternalisasikan nilai-nilai agama. Hal tersebut dilakukan agar perilaku anak tidak mengarah pada perilaku negatif yang merugikan diri sendiri maupun masyarakat.
Internalisasi nilai-nilai agama dengan melaksanakan kegiatan yang bersifat agamis tersebut sebagai bekal bagi anak ketika menginjak dewasa, sehingga anak tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan yang tidak baik sekitarnya.
3.      Bagi masyarakat (orang tua) 
Orang tua (masyarakat) juga memiliki tanggung jawab yang sama dalam mendidik anak. Orang tua tidak dapat menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada guru, sebab waktu di sekolah lebih sempit daripada waktu rumah. Perhatian orang tua terhadap anak sangat penting agar anak berperilaku baik. Orang tua dapat memberikan perhatian bagi anak dengan membantu menghafal al-Qur’an yang telah diprogramkan sekolah. Semaksimal mungkin bekerja sama kepada sekolah, jika mengalami masalah terkait dengan belajar mengajar anak.






[1] M.H Allamah Thabathaba‟I, Mengungkap Rahasia Al-Qur‟an. Penerjemah; A. Malik Madany dan Hamim Ilyas, (Bandung: Mizan, 1987), hal. 21.
[2] H. Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), hal. 12.
[3] Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya Special For Woman, (Bandung: PT Syaamil Al-Qur‟an, 2009), hal. 283.
[4] Imam ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hal. 946.
[5] Agus Hasan Bashori Al-Sanuwi dan Muhammad Syu‟aib Al Faiz Al Sanuwi, Imam Nawawi Tarjamah Riyadhus Shalihin Jilid 2, ( Surabaya: Duta Ilmu, 2006), hal. 212.
[6] Ibid.,  
[7] Ibid.,  hal. 211.
[8] Masagus A. Fauzan dan Farid Wajdi, Quantum Tahfiz (Siapa Bilang Menghafal AlQur‟an Susah?), (Bandung: YKM Press, 2010),hal. 49.
[9] Abduldaem Al-Kaheel, Berbagi Pengalaman menjadi Hafizh Al-Qur‟an, (Jakarta: Tarbawi Press, 2010), hal. 4.
[10] Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya Special For Woman, (Bandung: PT Syaamil Al-Qur‟an, 2009), hal. 529.
[11] Abduldaem Al-Kaheel, Berbagi Pengalaman menjadi Hafizh Al-Qur‟an, (Jakarta: Tarbawi Press, 2010), hal. 3-4.
[12] Murāja‟ah dalah mengulang-ulang hafalan
[13] Dwi Budiyanto, Prophertic Learning Menjadi Cerdas Dengan Jalan Kenabian, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2009), hal. 27.
[14] Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, ( Yogyakarta: Ircisod, 2012), hal. 221.
[15] Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 140-141.  
[16] Sukman Hermawan & Evi Luthfiaty, Panduan Tahfidz Qur‟an Jilid ke-1 One Day One Ayat, (Jakarta: PPPA Daarul Qur‟an, 2011), hal. 9.  
[17] Bobbi De Porter&Mike Hernacki. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011), hal. 210.
[18] Masagus A. Fauzan dan Farid Wajdi, Quantum Tahfiz (Siapa Bilang Menghafal AlQur‟an Susah?), (Bandung: YKM Press, 2010), hal. 52. 32 ., hal. 61.
[19] ., hal. 171-174.  
[20] Ibid., hal. 157-158. 35 Ibid., hal. 149.
[21] Ibid., hal. 182. 37              ., hal. 201.
[22] Ibid., 207.
[23] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Grafindo Persada, 1993), hal.45.
[24] Abdul Aziz Abdur Rauf, 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur‟an, (Bandung: Masjid Raya Habiburrahman PT Dirgantara Indonesia, 2008), hal. 7-8.

Post a Comment

0 Comments