1. Hakikat Pendidikan
Anak Usia Dini
Sebelum dibicarakan tentang pendidikannya terlebih
dahulu akan dibahas tentang anak usia dini. adapun yang dimaksud dengan anak
usia dini adalah sebagai berikut: Anak usia dini adalah kelompok manusia
yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia berdasrkan Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional), adapun berdasrkan para pakar
pendidikan anak, yaitu kelompok manusia yang berusia 9-8 tahun. Anak usia dini
adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang
bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi
motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan
emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta
agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak. Berdasarkan keunikan dalam pertumbuhan dan perkembangannya,
anak usia dini terbagi dalam tiga tahapan, yaitu (a) masa bayi lahir sampai 12
bulan, (b) masa toddler (batita) usia 1-3 tahun, (c) masa
prasekolah usia 3-6 tahun, (d) masa kelas awal SD 6-8 tahun. Pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada peletakan dasar-dasar yang
tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya, yaitu pertumbuhan
dan perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosial emosional, bahasa dan komunikasi
yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi yang utuh.
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya
untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran
yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan bagi anak
usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru lahir
sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada
physical, intelligence, emotional, social education.
Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini
maka penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Upaya PAUD bukan
hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi termasuk upaya pemberian gizi dan
kesehatan anak sehingga dalam pelaksanaan PAUD dilakukan secara terpadu dan
komprehensif.
Baca Juga: Implementasi Kualitas Guru Profesional
Pendidikan
anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan
oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan
pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat
mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui
dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara
mengamati, meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan
melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Oleh kerena anak merupakan
pribadi yang unik dan melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka
lingkungan yang diupayakan oleh pendidik dan orangtua yang dapat memberikan
kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai
suasana, hendaklah memperhatikan keunikan anak-anak dan disesuaikan dengan
tahap perkembangan kepribadian anak.Contoh : jika anak dibiasakan untuk berdoa
sebelum melakukan kegiatan baik di rumah maupun lingkungan sekolah dengan cara
yang paling mudah dimengerti anak, sedikit demi sedikit anak pasti akan
terbiasa untuk berdoa walaupun tidak di damping oleh orang tua ataupun guru
mereka.
2. Pengertian, Tujuan,
Fungsi, dan Prinsip Pengembangan Anak Usia Dini
Pendidikan adalah proses interaksi antara pendidik dan
anak didik dan atau lingkungan secara sadar, teratur, terencana dan sistematis
guna membantu pengembangan potensi anak didik secara maksimal. Pengertian ini
dianggap lebih lengkap dan memadai daripada pengertian-pengertian tentang
pendidikan yang dikemukakan oleh banyak ahli di bidang pendidikan.
Setelah dikatakan Anak Usia Dini, berikut di paparkan
tentang Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ). PAUD adalah suatu proses pembinaan
tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyuluruh, yang
mencakup aspek fisik dan non-fisik, dengan memberikan rangsangan bagi
perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual ), motorik, akal pikir,
emosional, dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal. Adapun upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual,
pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi, dan penyediaan kesempatan yang luas
untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif.
Dengan
demikian, PAUD dapat di deskripsikan sebagai berikut :Pertama,
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Kedua,
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan
fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap perilaku
serta agama), bahasa dan komunikasi. Ketiga, sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan Pendidikanan
Usia Dini (PAUD) disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh
anak usia dini.
Tujuan PAUD yang ingin dicapai adalah untuk
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta pihak-pihak
yang terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini. secara khusus
tujuan yang ingin dicapai, adalah :
1. Dapat mengidentifikasi
perkembangan fisiologis anak usia dini dan mengaplikasikan hasil identifikasi
tersebut dalam pengembangan fisiologis yang bersangkutan.
2. Dapat memahami perkembangan
kreatifitas anak usia dini dan usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya.
3. Dapat memahami kecerdasan
jamak dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini.
4. Dapat memahami arti bermain
bagi perkembangan anak usia dini.
5. Dapat memahami pendekatan
pembelajaran dan aplikasinya bagi pengembangan anak usia kanak-kanak.
Tujuan pendidikan anak usia dini secara umum adalah
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup
dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus kegiatan
pendidikan bertujuan agar:
1. Anak mampu melakukan ibadah,
mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai sesama. Contoh : pendidik
mengenalkan kepada anak didik bahwa Allah SWT menciptakan berbagai makhluk
selain manusia, seperti binatang, tumbuhan, dan sebagainya yang semua itu harus
kita sayangi.
2. Anak mampu mengelola
keterampilan tubuh termasuk gerakan-garakan yang mengontrol gerakan tubuh,
gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik (panca
indera). Contoh: menari, bermain bola, menulis ataupun mewarnai.
3. Anak mampu menggunakan bahasa untuk
pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat
untuk berpikir dan belajar. Contoh : ketika sudah melakukan pembahasan tema,
diberikan kepada anak didik untuk bertanya atau menjawab isi tema yang telah diberikan.
4. Anak mampu berpikir logis,
kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab
akibat. Contoh : mencari pasangan gambar yang berkaitan dengan sebab akibat,
lalu anak akan berusaha memecahkan masalah dan memberika alasan tersebut.
5. Anak mampu mengenal lingkungan
alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan
budaya serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap postif terhadap belajar,
kontrol diri dan rasa memiliki.
6. Anak memiliki kepekaan terhadap
irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan, serta menghargai hasil
karya yang kreatif. Contoh : anak yang senang dan menyukai dengan musik, saat
mendengar lagu maka akan segera mengikutinya, ataupun ketika diminta
melanjutkan syair kedua hingga selesai, maka anak mampu melakukannya.
Selain itu, tujuan pendidikan
anak usia dini adalah :
1. Untuk membentuk anak Indonesia yang
berkuailtas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki yang optimal di dalam memasuki pendidikan
dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
2. Untuk membantu menyiapkan anak mencapai
kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
3. Intervensi dini dengan
memberikan rangsangan sehingga dapat menumbuhkan potensi-potensi yang
tersembunyi (hidden potency) yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa,
intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat dan bakat)
4. Melakukan deteksi dini
terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan
potensi-potensi yang dimiliki anak.
Beberapa
fungsi pendidikan bagi anak usia dini yang harus diperhatikan, dapat dijelaskan
sebagai berikut: (1) Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak
sesuai dengan tahapan perkembangannya. Contoh : menyiapkan media pembelajaran yang banyak
sesuai dengan kebutuhan dan minat anak; (2) Mengenalkan anak dengan dunia
sekitar. Contoh: field tripke Taman Safari, selain dapat mengenal
bermacam-macam hewan ciptaan Allah juga dapat mengenal berbagai macam tumbuhan
dan hewan serta mengenal perbedaan udara panas dan dingin; (3) Mengembangkan
sosialisasi anak. Contoh: bermain bersama teman, melalui bermain maka anak
dapat berinteraksi dan berkomunikasi sehingga proses sosialisasi anak dapat
berkembang; (4) Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak.
Contoh: mengikuti peraturan atau tata cara upacara bendera, dapat menanamkan
peraturan dan mengenal arti penghormatan kepada pahlawan perjuangan bangsa; (5)
Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya. Contoh:
bermain bebas sesuai dengan minat dan keinginan anak; (6) Memberikan stimulus
kultural pada anak.
Fungsi lainnya yang perlu diperhatikan, yakni
penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang pendidikan anak usia dini;
penyiapan bahan perumusan standar, criteria, pedoman, dan prosedur dibidang
pendidikan anak usia dini; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang
pendidikan anak usia dini; pelaksanaan pemberdayaan peran serta masyarakat
dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat
(Direktorat PAUD, 2000:6).
Selain itu, fungsi PAUD lainnya yang penting
diperhatikan, adalah: (1) Sebagai upaya pemberian stimulus pengembangan potensi
fisik, jasmani, dan indrawi melalui metode yang dapat memberikan dorongan
perkembangan fisik/motorik dan fungsi inderawi anak; (2) Memberikan stimulus
pengembangan motivasi, hasrat, dorongan dan emosi kearah yang benar dan sejalan
dengan tuntutan agama; (3) Stimulus pengembangan fungsi akal dengan
mengoptimalkan daya kognisi dan kapasitas mental anak melalui metode yang dapat
mengintegrasikan pembelajaran agama dengan upaya mendorong kemampuan kognitif
anak.
Dari beberapa fungsi yang telah dipaparkan, dapat
terlihat bahwa fungsi pendidikan anak usia dini adalah memberikan stimulus
kultural kepada anak. Pendidikan pada usia dini sebenarnya merupakan ekspresi
dari stimulasi kultural tersebut.
Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat
ditelaah beberapa fungsi program stimulasi edukasi, yaitu:
1. Fungsi Adaptasi, berperan dalam membantu anak
melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta
menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri.
2. Fungsi
Sosialisasi, berperan dalam
membantu anak agar memiliki keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam
pergaulan dan kehidupan sehari-hari di mana ana berada.
3. Fungsi
Pengembangan, berkaitan
dengan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi
yang dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat
menumbuhkankembangkan potensi tersebut kearah perkembangan yang optimal
sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri maupun
lingkungannya.
4. Fungsi Bermain, berkaitan dengan pemberian
kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada hakikat nya bermain itu sendiri
merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Melalui kegiatan bermain
anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun pengetahuannya sendiri.
5. Fungsi Ekonomik, pendidikan yang
terencana pada anak merupakan investasi jangka panjang yang dapat menguntungkan
pada setiap rentang perkembangan selanjutnya. Terlebih lagi investasi yang
dilakukan berada pada masa keemasan (the golden age) yang akan
memberikan keuntungan berlipat ganda. Pendidikan di Taman Kanak-kanak merupakan
salah satu peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya.
Terdapat sejumlah prinsip pembelajaran pada pendidikan
anak usia dini, beberapa akan dipaparkan pada bagian berikut ini diantaranya:
1. Anak sebagai Pembelajar Aktif
Pendidikan hendaknya mengarahkan anak untuk
menjadi pembelajar yang aktif. Pendidikan yang dirancang secara kreatif akan
menghasilkan pembelajar yang aktif. Proses pendidikan seperti ini merupakan
wujud pembelajaran yang bertumpu ada aktivitas belajar anak secara aktif atau
yang dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA= Student Active Learning).
2. Anak Belajar Melalui Sensori
dan Panca Indera
Anak
memperoleh pengetahuan melalui sensorinya, anak dapat melihat melalui bayangan
yang ditangkap oleh matanya, anak dapat mendengarkan bunyi melalui telinganya,
anak dapat merasakan panas dan dingin lewat perabaannya, anak dapat membedakan
bau melalui hidung dan anak dapat mengetahui aneka rasa melalui lidahnya. Oleh karenanya, pembelajaran
pada anak hendaknya mengarahkan anak pada berbagai kemampuan yang dapat
dilakukan oleh seluruh inderanya.
3. Anak Membangun Pengetahuan Sendiri
Sejak
lahir anak diberi berbagai kemampuan.Dalam konsep ini anak dibiarkan belajar
melalui pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dialaminya sejak anak lahir
dan pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidup.
4. Anak Berpikir Melalui Benda Konkret
Dalam
konsep ini anak harus diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang nyata agar
anak tidak menerawang atau bingung.Maksudnya adalah anak dirangsang untuk
berpikir dengan metode pembelajaran yang menggunakan benda nyata sebagai contoh
materi-materi pelajaran.
5. Anak Belajar Dari Lingkungan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan
sengaja dan terencana untuk membantu anak mengembangkan potensi secara optimal
sehingga anak mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
3. Lingkup Pendidikan Anak Usia
Dini Berdasarkan Pendekatan Kebijakan dan Pendekatan Analisis Teori
Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat1 menyatakan bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik. Contoh konkret berbagai
pendekatan dalam pendidikan anak usia dini, yaitu: pendekatan psikonalisis
manusia/anak mempunyai keinginan dalam dirinya ‘homo valens’, kognitif (homo
sapines: manusia berpikir) sikap bahasa, behaviorostik (homo mechanicus:
manusia mesin),homo ludens (makhluk bermain) jika anak melakukan
kesalahan berilah teguran, namun jika anak melakukan sesuatu yang baik, maka
berilah penguatan (reinforcement), stimulus atau respons, pendekatan
humanistic (humo ludens: manusia suka bermain) yaitu pemebelajan dengan
bermain.
4. Penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini
Penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Usia Dini dapat
dilakukan dalam bentuk formal, non-formal dan informal. Setiap bentuk
penyelenggaraan memiliki kekhasan tersendiri. Berikut ini akan dipaparkan
bentuk penyelenggaraan pada jalur pendidikan formal, nonformal dan informal.
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini pada
jalur formal adalah Taman Kanak-kanak (TK) atau RA dan lembaga sejenis.
Penyelenggraraan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur nonformal
diselenggarakan oleh masyarakat atas kebutuhan dari masyarakat sendiri,
khususnya bagi anak-anak yang dengan keterbatasannya tidak terlayani di pendidikan
formal (TK dan RA ). Pendidikan dijalur informal ini dilakukan oleh keluarga
atau lingkungan.Pendidikan informal bertujuan memberikan keyakinan agama,
menanamkan nilai budaya, nilai moral, etika, dan kepribadian, estetika serta
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional.
5. Konsep dan
Aspek Pengembangan Anak Usia Dini Secara Terpadu
Catron dan Allen (1999:23-26) menyebutkan bahwa
terdapat 6 aspek perkembangan anak usia dini, yaitu kesadaran personal,
kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi, kognisi dan keterampilan motorik
sangat penting dan harus dipertimbangkan sebagai fungsi interaksi. Kreativitas
tidak dipandang sebagai perkembangan tambahan, melainkan sebagai komponen yang
integral dari lingkungan bermain yang kreatif. Pertumbuhan anak pada enam aspek
perkembangan di bawah ini membentuk fokus sentral dan pengembangan kurikulum
bermain pada anak usia dini.
a) Kesadaran
Personal
Permainan
yang kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran personal.Bermain mendukung
anak untuk tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas
lingkungannya.Melalui bermain anak dapat menemukan hal yang baru,
bereksplorasi, meniru dan mempraktikan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah
dalam membangun keterampilan menolong dirinya sendiri, keterampilan ini membuat
anak merasa kompeten.
b) Pengembangan
Emosi
Melalui bermain anak dapat belajar menerima,
berekspresi dan mengatasi masalah dengan cara yang positif. Bermain juga memberikan
kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka sendiri dan untuk mengembangkan
pola perilaku yang memuaskan dalam hidup.
c) Membangun
Sosialisasi
Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak
ketika berbagi dengan anak yang lain. Bermain dapat menumbuhkan dan
meningkatkan rasa sosialisasi anak.
d) Pengembangan
komunikasi
Bermain
merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan kemampuan berbahasa
anak.Melalui komunikasi inilah anak dapat memperluas kosakata dan mengembangkan
daya penerimaan serta pengekspresian kemampuan berbahasa mereka melalui
interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain spontan.
e) Pengembangan
Kognitif
Bermain
dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan lingkungan,
untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan suatu karya, serta untuk memenuhi
tugas-tugas perkembangan kognitif lainnya.Selama bermain, anak menerima
pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan orang lain
dan mulai merasakan dunia mereka.
f) Pengembangan
Kemampuan Motorik
Kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman
belajar untuk menemukan, aktivitas sensori motor yang meliputi penggunaan
otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan
peseptual motorik.
KESIMPULAN
Pendidikan bagi usia dini adalah pemberi upaya untuk
menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan keterampilan bagi anak.
Tujuan pendidikan anak usia
dini secara umum adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai
persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara
khusus kegiatan pendidikan bertujuan agar:
1. Anak mampu melakukan ibadah,
mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai sesama.
2. Anak mampu mengelola
keterampilan tubuh termasuk gerakan-garakan yang mengontrol gerakan tubuh,
gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik (panca
indera).
3. Anak mampu menggunakan bahasa untuk
pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat
untuk berpikir dan belajar.
4. Anak mampu berpikir logis,
kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab
akibat.
5. Anak mampu mengenal lingkungan
alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan
budaya serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap postif terhadap belajar,
kontrol diri dan rasa memiliki.
Baca Juga: Al-Mad Wal Qashr
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, Kurikulum Hasil Belajar Pendidikan
Anak Usia Dini, Depdiknas, Jakarta, 2002.
Bambang Hartoyo, Konsep Dasar Pendidikan Anak
Usia Dini, Materi Tutor dan Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini, di BPPLSP
Regional III Jawa Tengah, 2004.
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta: PT INDEKS, 2009).
Suyadi, Manajemen PAUD. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011).
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).
0 Comments